Pernah terfikirkan, jika bagian barat di Pulau Kalimantan akan turun salju? Bayangan hal seperti itu tentu saja sulit untuk diterima. Secara logika saja, Kalimantan Barat merupakan daerah yang dilalui garis khatulistiwa dan akan terasa sangat panas pada musim kemarau. Tetapi tidak tau juga jika terjadi fenomena alam yang mengakibatkan sebagian daerah Kalbar dituruni salju.
Lalu bagaimana dengan foto-foto yang berlatarkan salju dan sempat heboh di media sosial? Sekilas memang sangat mirip dengan salju sungguhan. Namun jika diperhatikan dengan seksama terdapat beberapa keganjalan yang akan membuat anda berfikir bahwa itu bukanlah salju sungguhan. Karena menurut saya tempat ini unik (walaupun saya telah mengetahui ini bukan salju sungguhan), saya punya keinginan untuk mengabadikan foto ditempat yang saya anggap langka ini.
Kebetulan saat itu saya dan teman-teman yang lainnya sedang menghadiri pesta rakyat di Mempawah. Karena lokasinya yang sudah tidak jauh dari Mempawah, kami pun memutuskan untuk sekalian pergi ke lokasi ini. Ibarat pepatah, sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Artinya sekali saja mengunjungi Mempawah langsung bisa mengunjungi banyak tempat (kurang lebih begitu maksudnya).
Sebelum pergi ke lokasi tersebut, saya dan yang lainnya menyempatkan diri dulu untuk ngopi di terminal. Biar mata bisa jreng dan perjalanan tidak terasa melelahkan. Setelah ngopi, kami pun berangkat dan sempat mampir sebentar dirumah teman. Didalam perjalanan menuju kesana, ada beberapa tempat wisata yang kami lewatkan. Seperti Mempawah Mangrove park, Wisata Nusantara dan Makam Daeng Manambon. Karena waktu yang tidak memungkinkan, Tempat tersebut hanya kami lalui saja dan mungkin dikesempatan lain bisa untuk berkunjung.
Akhirnya kami sampai di lokasi tujuan. Tempat yang sering dikatakan sebagai taman salju ini terletak di Desa Sungai Limau Kecamatan Sui Kunyit. Masih termasuk dalam wilayah Kabupaten Mempawah. Untuk masuk ke lokasi ini dikenakan biaya secara cuma-cuma alias gratis. Kenapa gratis? Karena sejatinya tempat ini bukanlah dikhususkan untuk wisata melainkan sebuah proyek perusahaan yang stop beroperasi. Kalau perusahaannya sedang beroperasi sih belum tentu bisa diizinkan untuk masuk kelokasi ini.
Dari jauh terlihat cukup banyak orang yang datang ke wisata dadakan ini. Tidak hanya para remaja dan anak-anak yang sedang 'berburu foto profil', namun ada juga terlihat orang tua. Saya hampir lupa bahwa orang tua sekarang ini juga banyak berkecimpung di media sosial, sehingga juga butuh yang namanya eksis. hehehe. Supaya motor tidak kepanasan akibat teriknya matahari pukul 11.00, kami pun mencari lokasi yang pas untuk motor berteduh. Jika kebanyakan yang lainnya masuk melalui jalan perusahaan, berbeda dengan kami yang masuk melalui gang. Dan disini sangat pas untuk menyimpan motor karena berteduh dibawah pohon kelapa (tapi jangan disimpan tepat dibawah buah kelapa yang kering. Takutnya buah kelapa jatuh dan menimpa kendaraan).
Tanpa membuang waktu, saya dan yang lainnya pun langsung menuju ke lokasi. Ketika memasuki area tersebut, ternyata keindahan yang tampak dari jauh berbanding terbalik ketika dilihat secara dekat. Bercak-bercak warna kecoklatan dan kekuningan sudah banyak terlihat dimana-mana. Ini dikarenakan karpet yang di hamparkan sudah menempel dengan tanah. Sehingga ketika hujan tiba, warna kotoran dari tanah tersebut akan terserap oleh karpet. Belum lagi sering di injak oleh pengunjung. Jadi sudah jelaskan. Ternyata yang dianggap mirip salju ini bukanlah pasir putih apalagi salju salju, melainkan hanyalah hamparan sebuah karpet milik perusahaan dalam proses pembangunan.
"udah, anggap jak salju nye banyak yang meleleh dah" ungkap dari teman yang berada di samping.
Apa yang disampaikan teman saya ternyata betul juga. Anggap saja kami berkunjung ditempat ini ketika saljunya mulai habis. Jadi jika ingin mengunggah foto beri saja keterangan bahwa kami datang disaat yang tidak tepat.
Kami pun melanjutkan lagi perjalanan untuk mencari spot yang bagus dalam mengambil gambar. Tidak sengaja kami memperhatikan Mbak-mbak yang sedang berfoto dengan menggunakan kostum yang lengkap ala-ala salju. Mulai dari menggunakan kupluk, jacket yang tebal, syal, sepatu hingga bersarung tangan. Tawa kami pun pecah melihat hal seperti itu (tanpa sepengetahuan dia). Tertawa kami bukannya tanpa alasan, melainkan membayangkan jika menggunakan kostum tersebut di bawah teriknya sinar matahari. Tidak hanya kehangatan yang didapat tetapi sekaligus juga mandi keringat (hehehe). Tetapi saya suka gaya mbak, bisa tampil maksimal dan tetap tersenyum walaupun sebenarnya cuaca sangat panas. Peace Mbak.
Semakain jauh kedalam, ternyata tidak hanya Mbak tadi saja yang demikian. Banyak juga yang lainnya menggunakan kostum ala-ala salju tersebut. Seandainya saja hal seperti itu terfikirkan oleh kami sebelumnya, mungkin kami juga seperti mereka. Lengkap dengan kostum musim salju.
Kami pun berhenti di lokasi yang kami rasa cukup bagus. Awal-awalnya masih sangat ragu untuk berfoto dikarenakan anggapan kami terhadap lokasi yang sudah tidak menarik akibat sebagian karpet (maaf, maksudnya salju) sudah dipenuhi bercak. Belum lagi teriknya matahari yang membuat keringat mengalir di dahi. Namun setelah cekrekan pertama dianggap berhasil alias bagus, barulah teman-teman yang lainnya kelihatan semangat untuk minta difotokan juga. Ternyata kunci menariknya sebuah foto tidak terlepas dari cara mengambilnya sang fotographer. Walaupun hanya bermodalkan kamera Hp, ini sudah sangat kami syukuri karena bisa mengabadikan momen kami ketika berada disini.
Tidak hanya dengan pose berdiri saja. Biar kelihatan seperti di salju sungguhan, kami pun mengubah gaya kami dengan cara yang unik lainnya. Mulai dari meloncat (seolah-olah senang menginjakkan kaki di salju), terbaring (seolah-olah menikmati keindahan langit tanpa silaunya matahari) hingga tengkurap (seolah-olah kami sedang mengaup salju). Tapi aksi itu semua hanyalah sebuah drama. Padahal sebenarnya kami berjuang mati-matian untuk melawan teriknya matahari yang semakin panas yang mengakibatkan keringat semakin deras mengucur (Ah, lebay).
Dibandingkan dengan pengunjung yang lainnya, hanya kami saja yang rela untuk berbaring hingga tengkurap. Tanpa disadari di hadapan kami ternyata ada kotoran kucing yang berserakan. Untung tidak kena. Jika terkena, mau taruh dimana muka ini. Bukan masalah kotorannya (karena sudah kering) melainkan malunya itu dilihat dengan pengunjung yang lain.
Tidak hanya sampai disitu. Kami pun beraksi kembali dengan hal unik yang lainnya. Kali ini kami berfoto dengan memegang sebuah bendera yang seolah-olah merupakan perwakilan suatu komunitas. Tidak disangka ternyata bendera yang dibawa untuk kegiatan sebelumnya bermanfaat juga sebagai properti disini. Lima cekrekan pun didapat dengan raut muka yang seolah-olah bangga karena telah membawa nama komunitas di tingkat internasional. Do'a kan saja semoga kedepannya bisa menjadi hal yang kenyataan.
Jika anda berminat untuk berkunjung kesini, saya sarankan untuk datang pada saat sore hari. Selain cuaca yang tidak panas, pada saat sore hari juga anda bisa sekaligus menikmati keindahan sunshet. Selain itu, persiapkan juga segala properti yang bisa mendukung dalam pengambilan foto anda.
EmoticonEmoticon