Ketika berkunjung ke Kabupaten Sambas tentunya banyak tempat wisata yang bisa dikunjungi. Seperti mendatangi Pantai Temajuk yang berbatasan langsung dengan negara Malaysia, menikmati keindahan Danau Sebedang, atau mampir ke Tanjung Batu yang terkenal akan cerita hantu Obos-nya. Namun kali ini penulis tidak akan menceritakan ketiga tempat tersebut, melainkan sebuah pengalaman perdana memetik buah jeruk asli Tebas. Iya, jeruknya Kecamatan Tebas.
Berawal dari menghadiri undangan pernikahan teman di Dusun Melur, Desa Mekar Sekuntum, Kecamatan Tebas. Lucu kan nama desanya, seperti lirik dari sebuah lagu 'Gembala Cinta' yang dinyanyikan oleh Bang Ashraff. Sekuntum... bunga mekar... ditaman. Hehe, nostalgia lagu dangdut tempo dulu jadinya.
"Nanti kite ke kebun jeruk ie". Ajak salah satu teman, dimana saat itu kami sedang bersantai diruang tamu.
"Benarlah ni?" Tanya saya dengan serius. "Emangnye siape yang ngajak?" Belum sempat dia menjawab pertanyaan pertama, pertanyaan kedua kembali saya lontarkan.
"Tak ade sih, cuma rencane". Dia menjawab dengan santai dan polosnya.
Mendengar ajakan kekebun jeruk benar-benar rasanya seperti tersentuh angin surga. Bagaimana tidak, berkunjung ke Sambas bagi saya adalah yang kesekian kalinya tetapi belum pernah mampir memetik buah jeruk. Buah yang menjadi primadonanya Sambas. Meskipun setelah keluar Kalbar, nama dagangnya berubah menjadi jeruk pontianak. Tebas yang punye jerok, Pontianak yang punye name.
Meskipun kurang yakin, namun saya berharap besar rencana tersebut bisa terlaksana. Dan Alhamdulillah, keinginan itu diaminkan oleh pemilik kebun yang tak lain adalah mempelai wanita dari acara pernikahan yang sedang kami hadiri. Karena hari itu adalah hari spesial bagi dia, rasanya kurang pantas juga pengantin baru langsung diajak kekebun. Apalagi dirumahnya masih banyak sanak saudara yang berkumpul. Pada awalnya kami benar-benar merasa tidak enak, hingga pada akhirnya keenakan setelah sampai dikebun. Hehe.
Berbicara tentang jeruk tebas, tentunya semua pada tahu. Jeruk ini memiliki rasa yang manis dan banyak airnya. Oleh karena itulah, tidak heran jika banyak para pedagang jeruk di Pontianak yang memberikan label 'Jeruk Tebas' pada dagangannya.
Jeruk Tebas dikenal juga dengan sebutan Limau Tebas. Jeruk ini termasuk dalam jenis jeruk siam, dengan ciri khas kulitnya yang licin mengkilat.
Kami berangkat kekebun jeruk setelah waktu ashar. Saat itu juga kami sekalian pamit kepada keluarga mempelai untuk pulang ke Segedong. Kebetulan arah tempatnya sama, jadi sekalian saja biar bisa hemat waktu.
O iya, sebelumnya perkenalkan dulu. Nama pemilik kebunnya adalah Khairunnisa atau sering disapa dengan panggilan Icak. Meskipun ia bukan pemilik sahnya, namun sudah cukup mewakili hak orangtuanya. Dia orangnya baik hati, suka menabung dan tidak sombong. Hehe.
Sekarang statusnya tidak lagi lajang, pada tanggal 2 februari kemarin telah melangsungkan akad nikah dengan seorang pria bernama Sabirin (Iin). Ditulisan ini juga, sekali lagi saya ucapkan selamat, semoga menjadi keluarga yang samawa (sengaja disingkat, biar mirip-mirip anak gaul) dan lekas mendapatkan momongan. Amiinn...
Sekarang statusnya tidak lagi lajang, pada tanggal 2 februari kemarin telah melangsungkan akad nikah dengan seorang pria bernama Sabirin (Iin). Ditulisan ini juga, sekali lagi saya ucapkan selamat, semoga menjadi keluarga yang samawa (sengaja disingkat, biar mirip-mirip anak gaul) dan lekas mendapatkan momongan. Amiinn...
Kembali ketopik utama. Kurang lebih 15 menit perjalanan, akhirnya kami sampai ditujuan. Barisan pohon jeruk dan hamparan sawah yang hijau menyambut kedatangan kami. Disisi jalan terdapat pohon kelapa hibrida dengan niurnya yang melambai-lambai. Di kejauhan, terlihat juga siluet bukit yang menambah komposisi pemandangan disekitar.
Baru saja memarkirkan motor, sebagian teman sudah berlarian masuk kedalam kebun. Termasuk juga saya yang tidak akan menyia-nyiakan waktu. Dipimpin sang pemilik kebun, kami langsung menyusuri jalan setapak dan masuk disela-sela pepohonan jeruk.
"Jeruknye udah dipanen kemaren. Jadi yang tinggal banyak yang ijau". Sahut Icak sang pemilik kebun.
Keadaan dilapangan memang tidak sesuai ekpektasi kami. Buah jeruk yang bergelantungan di atas pohon kebanyakan masih hijau. Jika beruntung, maka kami akan mendapatkan buah jeruk masak yang tersisa dari panen kemarin. Jika tidak, maka kami akan melanjutkan untuk memeriksa pohon yang berikutnya.
Ketika memetik buah jeruk ternyata tidak boleh boleh asal copot saja. Selain buah yang dipilih harus yang berwarna kekuningan, cara memetiknya juga harus diperhatikan. Untuk memetiknya yaitu dengan mematahkan pangkal buah jeruk kearah kanan terlebih dahulu, baru kemudian mematahkannya kembali kearah kiri (dimulai dari kanan atau kiri semuanya boleh). Hal tersebut dilakukan agar kulit yang berada di pangkal buah tidak robek. Oh...begitu toh.
Disaat berusaha mencari buah jeruk yang masak, terdengar suara teriakan dihujung kebun. Sontak hal tersebut membuat kami kaget dan bertanya-tanya. Saya mulai menerka mungkin yang berteriak butuh pertolongan karena terjadi sesuatu. Maklum, ini dikebun. Berbagai hal negatif bisa saja terjadi.
"Oi...disinik jeruknye banyak yang masak". Kali ini suara teriakan tersebut terdengar jelas.
Tanpa diperintahkan lagi, kami pun berlari menuju kesana. Tidak perduli lagi teman dibelakang minta untuk ditunggu.
Sesampainya disana, sudah terlihat tiga teman yang sedang memanen. Melihat buah jeruk yang banyak kekuningan benar-benar membuat hati ini bahagia. Bukannya lebay, tapi memang ini pertama kali bagi saya memetik buah jeruk.
Setelah sudah puas mengambil gambar, saya pun langsung memutuskan untuk memetik buah jeruk. Cara memilih dan memetik buah jeruk yang diajarkan pemilik kebun langsung dipraktekkan. Ternyata memang benar, jika kita tidak menggunakan cara diatas maka peluang kerusakan yang terjadi pada buah jeruk lebih besar. Pernah sekali saya mencoba langsung menariknya, alhasil kulit yang ada dipangkal buah menjadi sobek.
Kulitnya yang mulus dan warnanya yang hijau kekuningan benar-benar membuat saya tergoda untuk menikmatinya. Apalagi sebelumnya sempat berlarian yang membuat kerongkongan terasa kering. Selera semakin bertambah setelah melihat dalamnya yang berwarna oranye cerah. Dengan ucapan bismillah kupinang dia. Eh salah, maksudnya kunikmati dia.
Jeruk yang masak dipohon tentunya jangan ditanyakan lagi. Pastinya rasanya lebih manis dan segar. Apalagi buah jeruk yang dipetik asli punya Tebas. Berbeda jika beli di toko buah, peluang untuk mendapatkan rasa yang kecut masih bisa terjadi.
Tidak hanya padi dan jeruk yang ditanam disini. Disela-sela pohon jeruk juga ditanami sahang, salah satu rempah kebanggan Indonesia. Sekaligus daya tarik bagi bangsa Eropa untuk menjajah negeri kita saat tempo dulu.
Selain itu, kami juga diperkenalkan jeruk jenis lainnya. Menurut pemilik kebun namanya 'jeruk susu'. Wah, semuanya pasti sudah bisa membayangkan bagaimana rasanya?
Tidak! Sedikitpun tidak ada rasa susunya. Yang pasti, rasanya sedikit berbeda denga jeruk siam (saya bingung bagaimana menjelaskan rasanya). Bentuknya juga berbeda, pada pangkal buah jeruk susu agak melonjong dan memiliki kulit yang kasar. Seperti ini gambarnya.
Ternyata keseruan memetik buah jeruk tidak berhenti disitu saja. Kami kembali diajak untuk mengambil jeruk dikebun yang kedua. Lokasinya berada diseberang jalan, ditengah-tengah hamparan sawah yang luas. Jika sebelumnya semuanya pada kegirangan untuk memetik jeruk, maka kali ini hanya beberapa orang saja yang berkenan untuk pergi kesana. Maklum, mungkin mereka sudah lelah.
Berbeda dengan kebun yang pertama, buah jeruk yang masak dikebun kedua ternyata lebih banyak. Selain itu, kebun disini juga berbatasan langsung dengan kebun jeruk milik tetangga. Jadi, misalkan masih kurang tinggal nyeberang saja kekebun sebelah. Hehehe. Tetapi kami tidak sehina itu, mengambil barang orang lain tanpa seizin pemiliknya.
Lagi serunya memetik buah jeruk, terlihat sang pemilik kebun berlari sambil berteriak histeris. Saya pun langsung menghampirinya. Usut punya usut ternyata ada ular di atas pohon jeruk (saya menyebutnya ular lidi).
Ular ini sebenarnya tidak berbahaya, namun akan sangat berbahaya jika yang melihatnya langsung terkejut (apalagi yang menderita serangan jantung). Ngomong-ngomong, saya tertawa hebat ketika melihat pemilik kebunnya ketakutan. Hehe, senang diatas penderitaan orang lain.
Setelah puas memetik buah jeruk, kami pun lekas kembali ditempat parkiran motor. Senyum simpul mengiringi langkah kami, keluar dari kebun dengan menjinjing bungkusan jeruk. Belum lagi sesampainya diparkiran langsung disuguhkan kelapa muda. Sungguh petualangan yang menyerukan. Petik jeruk tebas sepuasnya.
Dan pada akhirnya, semua pada kebingungan kemana jeruk tersebut akan disimpan. Kendaraan yang kami gunakan sudah penuh dengan barang bawaan. Alhasil, jeruk tersebut harus dipangku oleh yang berboncengan dibelakang.
Selamat menikmati perjalanan bersama himpitan buah jeruk, Tebas-Segedong.
Baru saja memarkirkan motor, sebagian teman sudah berlarian masuk kedalam kebun. Termasuk juga saya yang tidak akan menyia-nyiakan waktu. Dipimpin sang pemilik kebun, kami langsung menyusuri jalan setapak dan masuk disela-sela pepohonan jeruk.
"Jeruknye udah dipanen kemaren. Jadi yang tinggal banyak yang ijau". Sahut Icak sang pemilik kebun.
Keadaan dilapangan memang tidak sesuai ekpektasi kami. Buah jeruk yang bergelantungan di atas pohon kebanyakan masih hijau. Jika beruntung, maka kami akan mendapatkan buah jeruk masak yang tersisa dari panen kemarin. Jika tidak, maka kami akan melanjutkan untuk memeriksa pohon yang berikutnya.
Ketika memetik buah jeruk ternyata tidak boleh boleh asal copot saja. Selain buah yang dipilih harus yang berwarna kekuningan, cara memetiknya juga harus diperhatikan. Untuk memetiknya yaitu dengan mematahkan pangkal buah jeruk kearah kanan terlebih dahulu, baru kemudian mematahkannya kembali kearah kiri (dimulai dari kanan atau kiri semuanya boleh). Hal tersebut dilakukan agar kulit yang berada di pangkal buah tidak robek. Oh...begitu toh.
Disaat berusaha mencari buah jeruk yang masak, terdengar suara teriakan dihujung kebun. Sontak hal tersebut membuat kami kaget dan bertanya-tanya. Saya mulai menerka mungkin yang berteriak butuh pertolongan karena terjadi sesuatu. Maklum, ini dikebun. Berbagai hal negatif bisa saja terjadi.
"Oi...disinik jeruknye banyak yang masak". Kali ini suara teriakan tersebut terdengar jelas.
Tanpa diperintahkan lagi, kami pun berlari menuju kesana. Tidak perduli lagi teman dibelakang minta untuk ditunggu.
Sesampainya disana, sudah terlihat tiga teman yang sedang memanen. Melihat buah jeruk yang banyak kekuningan benar-benar membuat hati ini bahagia. Bukannya lebay, tapi memang ini pertama kali bagi saya memetik buah jeruk.
Setelah sudah puas mengambil gambar, saya pun langsung memutuskan untuk memetik buah jeruk. Cara memilih dan memetik buah jeruk yang diajarkan pemilik kebun langsung dipraktekkan. Ternyata memang benar, jika kita tidak menggunakan cara diatas maka peluang kerusakan yang terjadi pada buah jeruk lebih besar. Pernah sekali saya mencoba langsung menariknya, alhasil kulit yang ada dipangkal buah menjadi sobek.
Kulitnya yang mulus dan warnanya yang hijau kekuningan benar-benar membuat saya tergoda untuk menikmatinya. Apalagi sebelumnya sempat berlarian yang membuat kerongkongan terasa kering. Selera semakin bertambah setelah melihat dalamnya yang berwarna oranye cerah. Dengan ucapan bismillah kupinang dia. Eh salah, maksudnya kunikmati dia.
Jeruk yang masak dipohon tentunya jangan ditanyakan lagi. Pastinya rasanya lebih manis dan segar. Apalagi buah jeruk yang dipetik asli punya Tebas. Berbeda jika beli di toko buah, peluang untuk mendapatkan rasa yang kecut masih bisa terjadi.
Tidak hanya padi dan jeruk yang ditanam disini. Disela-sela pohon jeruk juga ditanami sahang, salah satu rempah kebanggan Indonesia. Sekaligus daya tarik bagi bangsa Eropa untuk menjajah negeri kita saat tempo dulu.
Selain itu, kami juga diperkenalkan jeruk jenis lainnya. Menurut pemilik kebun namanya 'jeruk susu'. Wah, semuanya pasti sudah bisa membayangkan bagaimana rasanya?
Tidak! Sedikitpun tidak ada rasa susunya. Yang pasti, rasanya sedikit berbeda denga jeruk siam (saya bingung bagaimana menjelaskan rasanya). Bentuknya juga berbeda, pada pangkal buah jeruk susu agak melonjong dan memiliki kulit yang kasar. Seperti ini gambarnya.
Ternyata keseruan memetik buah jeruk tidak berhenti disitu saja. Kami kembali diajak untuk mengambil jeruk dikebun yang kedua. Lokasinya berada diseberang jalan, ditengah-tengah hamparan sawah yang luas. Jika sebelumnya semuanya pada kegirangan untuk memetik jeruk, maka kali ini hanya beberapa orang saja yang berkenan untuk pergi kesana. Maklum, mungkin mereka sudah lelah.
Berbeda dengan kebun yang pertama, buah jeruk yang masak dikebun kedua ternyata lebih banyak. Selain itu, kebun disini juga berbatasan langsung dengan kebun jeruk milik tetangga. Jadi, misalkan masih kurang tinggal nyeberang saja kekebun sebelah. Hehehe. Tetapi kami tidak sehina itu, mengambil barang orang lain tanpa seizin pemiliknya.
Lagi serunya memetik buah jeruk, terlihat sang pemilik kebun berlari sambil berteriak histeris. Saya pun langsung menghampirinya. Usut punya usut ternyata ada ular di atas pohon jeruk (saya menyebutnya ular lidi).
Ular ini sebenarnya tidak berbahaya, namun akan sangat berbahaya jika yang melihatnya langsung terkejut (apalagi yang menderita serangan jantung). Ngomong-ngomong, saya tertawa hebat ketika melihat pemilik kebunnya ketakutan. Hehe, senang diatas penderitaan orang lain.
Setelah puas memetik buah jeruk, kami pun lekas kembali ditempat parkiran motor. Senyum simpul mengiringi langkah kami, keluar dari kebun dengan menjinjing bungkusan jeruk. Belum lagi sesampainya diparkiran langsung disuguhkan kelapa muda. Sungguh petualangan yang menyerukan. Petik jeruk tebas sepuasnya.
Dan pada akhirnya, semua pada kebingungan kemana jeruk tersebut akan disimpan. Kendaraan yang kami gunakan sudah penuh dengan barang bawaan. Alhasil, jeruk tersebut harus dipangku oleh yang berboncengan dibelakang.
Selamat menikmati perjalanan bersama himpitan buah jeruk, Tebas-Segedong.
EmoticonEmoticon