Ketika mengunjungi suatu daerah, rasanya kurang lengkap jika tidak sekalian mengunjungi tempat wisatanya. Ibarat kata pepatah 'sekali dayung, dua tiga pulau yang terlampau' atau 'menyelam sambil meminum air'. Lumayan juga kan, menambah daftar destinasi wisata yang telah dikunjungi. Meskipun bukan ke Raja Ampat, Pulau Komodo atau tempat wisata lainnya yang sudah terkenal.
Perjalanan ini bermula dari sebuah undangan pernikahan senior yang berada di Sui Pinyuh. Sebuah kecamatan yang ada di Kabupaten Mempawah. Saat itu salah satu teman mengusulkan agar sekalian saja mengunjungi tempat wisata yang ada disini. Tanpa pikir panjang, ajakan tersebut tentu saja saya iakan. Lagianpun sangat rugi jika datang jauh-jauh namun tidak sekalian mampir ke tempat wisatanya.
Ada tiga tempat yang direkomendasikan untuk didatangi pada hari itu juga. Yang pertama adalah Klenteng Kong Khew Pak Kung yang berada di muara sungai. Ceritanya bisa cek disini. Yang kedua adalah tangga seribu yang berada di Bukit Seliung. Dan yang terakhir adalah tempat peternakan lebah kelulut.
Namun penulis tidak akan menceritakan semua tempat tersebut. Pada artikel ini hanya menceritakan bagaimana keseruan mendaki di bukit Seliung. Sebuah destinasi wisata Sui Pinyuh yang saat ini mulai menjadi perhatian semenjak dinas pariwisata Kabupaten Mempawah bertandang kesana.
Dengan bantuan google map, kamipun menuju ke tempat tersebut. Meskipun dari pusat Sui Pinyuh bukit tersebut jelas kelihatan, namun tentunya kami tidak tahu dimana posisi tepatnya Tangga Seribu berada. Apalagi di kaki bukit tersebut banyak berdiri bangunan dan rumah penduduk yang membuat kami sedikit kesulitan melihatnya. Alhasil, kami sempat tersesat dan beberapa kali keluar masuk gang. Tapi beruntunglah karena ada seorang ibu-ibu yang menujukkan kami lokasinya.
Untuk sampai ke lokasi Tangga Seribu Bukit Seliung ternyata tidak terlalu susah. Hanya saja saat itu kami benar-benar tidak tahu lokasinya. Jika anda datang dari arah pusat Sui Pinyuh, maka anda hanya mesti menyusuri Jalan Sungai Pinyuh yang menuju Kecamatan Anjongan. Dari sini anda sudah bisa melihat Bukit Seliung yang ada didepan anda.
Ketika sampai disebuah tikungan, maka hal yang harus anda lakukan adalah menyeberangi jalan (posisi jalannya lurus dan masuk ke jalan sekunder). Nama jalan tersebut adalah Jalan Seliung Dalam. Kurang lebih 400 meter maka anda akan tiba ditempat tersebut (mesti masuk kejalan kecil lagi yang ada disebelah kiri).
Tidak ada pintu gerbang atau ucapan selamat datang ketika kami tiba di kaki Bukit Seliung. Yang terlihat hanyalah pohon lebat yang menghijau hingga kepuncak bukit. Disisi sebelah kiri ada sebuah pondok yang cukup besar. Disitu terlihat banyak bapak-bapak yang sedang duduk berkumpul sambil tertawa dan bercerita sesuatu. Dan yang tidak kalah penting didepan kami terlihat sebuah tangga berwarna kuning yang menjulang dan hilang diantara lebatnya pepohonan.
Oh iya, selain dipanggil Bukit Seliung, bukit ini juga sering disebut Bukit Wangkang.
Tanpa menunggu lama, kami pun langsung menuju tangga tersebut dan melakukan pendakian. Untuk keamanan pengunjung, tangga yang dicor dari semen ini juga dilengkapi dengan pagangan dari besi. Pegangan tersebut dicat warna kuning sehingga terlihat menonjol diantara warna hijau pepohonan.
Pendakian pun dimulai. Karena penasaran dengan jumlah anak tangganya, kedua teman saya pun mencoba untuk menghitungnya. Apakah jumlahnya sesuai dengan penyebutan namanya? Dan ternyata...
Semakin keatas, suara nyanyian jangkrik semakin jelas terdengar. Kadang-kadang juga terdengar kicauan burung, yang saling adu suara (ini datangnya saat siang, mungkin kalau datang disaat pagi hari suara burungnya lebih banyak). Selain itu, kami juga menjumpai pengunjung lainnya yang sedang turun maupun yang sedang bersantai dianak tangga.
Disisi kanan tangga juga terdapat beberapa jalan setapak. Jalan tersebut mengarah ketempat pemakaman etnis Tionghoa. Jumlahnya tidak banyak, hanya beberapa saja. Makam tersebut terlihat jelas dari anak tangga. Kalau dilihat-lihat, makam tersebut sepertinya sudah ada sejak lama.
Meskipun hanya sekedar mendaki anak tangga, ternyata hal tersebut juga sulit dilakukan. Apalagi sekelas kami yang jarang melakukan pendakian. Disetiap tangga kelipatan seratus kami selalu berhenti, selain karena merasa lelah tetapi juga karena agar perhitungan anak tangga lebih mudah.
Disekitar tangga yang ke dua ratus, terdapat sebuah klenteng kecil berwarna merah. Seperti klenteng yang lainnya, disini juga tersedia buah-buahan yang ditinggalkan pengunjung setelah beribadah. Untuk anda yang ingin datang kesini diharapkan untuk membawa minuman atau makanan. Takutnya jika kehausan atau kelaparan, malah khilaf mengambil buah yang ada di klenteng. Hehe. Tapi jangan lupa juga untuk membawa turun lagi sampah makanannya.
Kami tiba dianak tangga terakhir. Ternyata jumlahnya tidak sama dengan nama penyebutannya, Tangga Seribu. Total jumlah anak tangganya hanya sebanyak 288 (kalau salah tolong dikoreksi ie). Selain itu, tangga tersebut juga tidak sampai di puncaknya. Kurang lebih hanya 1/3-nya, selanjutnya hanya berupa jalanan tanah.
Kurang lebih 25 menit, akhirnya tibalah kami diatas puncak. Diatas puncak ternyata memiliki dataran yang cukup luas dan pastinya cocok untuk tempat camping.
Perjalanan dilanjutkan menuju arah barat, hingga tiba di sebuah batu besar dengan kelenteng kecil diatasnya. Batu ini terletak ditepi jurang, yang jika kita berdiri diatasnya akan terihat bagian bawah.
Dan benar saja, keindahan alam di pusat Sui Pinyuh terlihat dari atas ketinggian Bukit Seliung. Jejeran bangunan, hijaunya pepohonan dan birunya lautan dikejauhan bersatu padu menyajikan pemandangan yang elok. Ternyata lelah mendaki tadi langsung terbayar.
Namun saya sempat terenyuh ketika dari kejauhan terlihat kepulan asap yang meninggi. Bukan! Bukan kebakaran rumah atau rumah makan yang sedang membakar ikan. Tapi itu adalah lahan yang terbakar. Semakin lama, area yang terbakar semakin melebar dengan tanda kepulan asap yang semakin melebar pula. Dari jaraknya saya rasa lokasi kejadian itu berada di Kecamatan Anjongan. Semoga saja kejadian tersebut tidak terulang lagi.
Setelah puas mengambil gambar dengan view pusat Sui Pinyuh, segitiga emasnya Kabupaten Mempawah, kami pun melanjutkan kembali untuk mengeksplor lagi bagian bawah. Disini kami kembali menemukan dua klenteng kecil dengan posisi yang berbeda. Yang satunya berada diatas batu dan yang satunya lagi berada diantara himpitan batu.
Itu hanya baru sebagian Bukit Seliung yang kami eksplor. Masih banyak lagi sisi Bukit Seliung yang belum kami temukan. Salah satunya adalah batu besar dengan lukisan. Mungkin lain waktu bisa kesini lagi.
EmoticonEmoticon