"Ciuman ini spesial dan sungguh berbeda. Ciuman yang membuat darah disekujur tubuh langsung mengalir kencang".
Jam sudah menunjukkan pukul 08.00 WIB. Rasanya kurang seru juga jika hanya berdiam diri dirumah. Keluar masuk pintu dan menatap layar ponsel yang lagi kekurangan sinyal. Yah, meskipun saat itu katanya lebih baik dirumah saja karena lagi masa pandemi. Hingga akhirnya saya memutuskan untuk pergi kekebun memanen buah pinang.
Tapi rencana hanyalah tinggal rencana. Keinginan pergi kekebun saya urungkan dulu setelah melihat sebuah kotak peti. Disana terlihat lebah yang datang pergi dan sebagian kecil berkumpul di lubang pintu masuk. Saat itulah, menghampirinya adalah hal yang menarik untuk dilakukan.
Bermula dari sebuah iklan ditelevisi. Saat itu ada produk madu yang memperlihatkan bagaimana proses madu dihasilkan. Disana tampak jika madu tersebut diperoleh dari lebah peternakan. Dari iklan itulah saya mulai kepo dan ingin mengetahuinya lebih lanjut.
Saya pun mulai mencari-cari video mengenai peternakan lebah di youtube. Ada banyak konten yang membahasnya disana. Ternyata untuk berernak lebah itu sangat mudah. Tinggal membuat kotak peti serta menyusun beberapa potongan kayu untuk bergantungnya sarang. Kemudian memancingnya dengan mengoleskan gula cair didalamnya agar lebah mau mampir dan bersarang.
Hal yang membuat saya terkesan adalah disaat peroses pemanenannya. Dimana pemilik ternak lebah dengan santai mengambil madunya. Bahkan ada beberapa video yang pemanennya tidak menggunakan alat-alat pelindung apapun. Hanya berupa pisau saja untuk memotong sarangnya, kuas untuk membersihkan lebahnya dan baskom untuk tempat sarang madunya.
Lebih parah lagi adalah disaat tangannya banyak dihinggapi lebah. Dengan santai ia mengusirnya menggunakan tangan yang satunya. Tidak ada suara 'au' atau 'aduh' yang terdengar dari mulutnya. Mungkin ini yang dinamakan patuh pada tuan. Dan saat itulah saya mencoba untuk membuatnya dan mengubah orientasi pemikiran saya bahwa lebah adalah sahabat.
Kotak lebah tersebut saya buat sekitar tiga bulan yang lalu. Tidak terasa juga, jika sekarang sudah ada penghuninya. Dan sebagai seorang pemilik, tentunya berharap ada imbalan yang bisa didapatkan. Sudah tahukan upah apa yang saya maksud? Enak saja numpang nginap gratis.
Saya pun menghampirinya. Karena keadaan sekitar yang lagi banjir, agak sedikit sulit untuk mempercapat langkah. Selain itu juga menimbulkan suara berisik, yang membuatnya sedikit terganggu. Setelah merapat, terdengar suara riuh lebah yang ada didalam kotak peti. Namun saya tidak berani untuk menyentuhnya, apalagi harus membuka papan peti bagian atas. Yang ada malah saya yang diserbu duluan.
Saya pun kembali lagi kerumah. Memakai berbagai perlengkapan anti sengatan lebah. Seperti menggunakan sarung tangan, jacket yang tebal, sepatu boot, helm dan karung bawang. Helm? Memangnya mau balapan? Tidak sih. Tapi serius itu sangat bermanfaat dari hantaman buntutnya sih lebah.
Sekejap saya sudah mirip astronot dengan pakaiannya yang super canggih. Dibagian kepala sudah diamankan dengan menggunakan bandana, kemudian dilapisi tudung jacket, dipasang helm dan dibungkus lagi dengan karung bawang. Pokoknya sangat mengedepankan yang namanya 'safety'. Dibagian kaki terpasang sepatu boot yang tingginya hampir selutut. Sedangkan dikedua tangan ada baskom, pisau dan kuas.
Tapi yang membuat kesal adalah ketika diketawain kakak dan adik saya. Bukannya diberi semangat, eh malah dikatain mirip alien. Kalau saya mirip alien lalu mereka mirip siapa? Selain itu, mereka juga mulai berkata yang aneh-aneh. "Awas, lebih baik disuntik bidan ketimbang disengat lebah". Hubungannya apa coba? Saya pun memilih pergi ketimbang menghiraukan omongan mereka.
Dengan sedikit susah oayah menerobos banjir, akhirnya tiba dilokasi. Saat itu masih merasa ragu apakah akan membuka tudung petinya. Bagaimana jika lebahnya menyembur keluar dan menggigit saya. Atau malah ramai-ramai mengangkat saya dan menyangkutkan di pohon durian. Tidak! Itu tidak mungkin. Semuanya akan baik-baik saja. Apalagi saya adalah pemilik petinya. Jika membandel sedikit mereka harus segera angkatkan kaki. Camkan itu...
Saya pun menarik napas dalam-dalam dan mengingat kembali mengenai tutorial memanen madu yang ada di youtube. Harus tetap selalu santai, agar lebahnya tidak merasa terganggu. Dan... bismillah, papan tersebut saya buka.
Satu dua tiga puluh detik suasana terlihat lengang. Hanya terdengar suara dengungan lebah dan detak jantung. Maklum, ini adalah pertama kalinya bagi saya melakukannya. Sesantai-santai apapun saya berusaha, tetap saja rasa cemas masih ada. Sebuah naluri alamiah manusia yang diciptakan oleh Tuhan.
Keadaan berubah ketika saya mulai mengangkat sarangnya. Satu dua bahkan belasan mulai berterbangan. Selebihnya merayap-rayap disarung tangan, bahkan ada juga yang mulai menempelkan buntutnya dicelah sarung tangan. Hingga akhirnya satu ciuman perdana mendarat dijari telunjuk. Ayo daeng, kamu harus tetap kelihatan cool...
Saya berusaha tetap santuy meskipun sebenarnya rasa sakit sengatan lebah tadi mulai terasa. Mengikuti arahan video, perlahan-lahan saya membersihkan sarangnya. Eits, tunggu dulu, madunya kemana? Kenapa hanya beberapa lubang saja yang berisi. Dan itu pun tidak penuh. Mungkin rezeki ada disarang yang lainnya.
Saya kembali mengangkat sarang yang berikutnya. Saat itulah amukan lebah semakin menjadi-jadi. Tidak ada lagi yang namanya santuy atau bersikap manis. Saya mulai mempercepat kerja, membersihkan lebah dari sarangnya. Namun keberuntungan masih belum berpihak. Sarang yang saya ambil hanya berisi calon-calon lebah. Dan lagi lagi-lagi juga, sengatan lebah kembali mendarat di jari manis.
Diatas kepala sudah tidak terhitung sudah berapa banyak lebah yang terbang. Bahkan tidak sedikit pula yang sudah menempel dipakaian dan karung bawang. Dengan sekuat tenaganya mereka berusaha untuk masuk. Jlebb! Hingga akhirnya, satu ciuman manis lebah mendarat dibibir. Entah sejak kapan pula dia menerobos Benteng Takeshi dan luput dari pandangan? Karena amukannya yang semakin menjadi pula, akhirnya saya berlari diatas banjir, mirip seperti Wiro Sableng yang sedang berjalan diatas air.
Namun semuanya terlambat. Dua sengatan kembali mendarat lagi ditangan. Jadi total ciuman manis yang saya dapatkan adalah lima. Saya pun segera naik kerumah dan langsung menuju mandi. Sebelum efek ciuman beracun tersebut beraksi.
"Mana madunya?" Kakak yang didapur bertanya.
"Itu. Madunya hanya sedikit. Yang banyak hanya anak lebahnya". Saya menunjuk keatas meja. Berusaha bersikap santai. Seolah-olah tidak ada musibah yang baru saja telah terjadi.
Bukannya apa. Seandainya mereka tahu kalau barusan saja saya disengat oleh 5 lebah, pasti mereka akan tertawa-tawa. Menganggap kalau ini adalah sebuah hiburan dan patut dijadikan trending topik didalam rumah. Apalagi kalau emak sampai tahu, yang ada malah saya diomelin. Tidak! Saya harus merahasikan kejadian ini rapat-rapat.
Kemudian saya pergi kekamar, memilih rebah diatas kasur. Tidak lupa sebelumnya untuk mengunci pintu. Takut kalau lebahnya tiba-tiba datang menyerang. Hingga pada akhirnya saya terlelap.
Sekitar pukul 11.00 WIB badan saya merasa meriang alias deman. Sekujur tubuh sangat terasa dingin dan tulang-tulang rasanya ngilu. Bagian tubuh yang disengat oleh lebah jangan ditanya lagi. Pastinya sudah bengkak. Apalagi yang dibagian bibir, jelas sekali terasa nyut-nyutnya. Tapi syukurlah, meriang itu tidak berlangsung lama. Panas badan saya kembali normal setelah keringat seperti berkerja diladang keluar.
Saya pun juga menggunakan masker ketika keluar kamar. Ketika ditanya kenapa memakai itu. Saya hanya menjawab 'lagi musim korona. Harus kebih waspada'. Hal tersebut tentu saja memicu rasa penasaran dari kekuarga. Hingga pada akhirnya, saya jujur kalau tadi pagi mendapat 5 ciuman manis dari lebah. Salah satunya adalah dibibir. After that, saya dapat wejangan panjang dari emak. Tapi sungguh, emak begitu karena dia sangat sayang dan masih peduli sama saya.
Saat itu saya sadar, memanen lebah tidak semudah divideo tutorial yang ada di youtube. Tabek...
EmoticonEmoticon