Ketika berbicara Sukadana, kira-kira apa yang terbesit dalam pikiran anda? Sebagian besar orang akan menjawab Lempok Sukadana, sejenis makanan yang berbahan dasarkan buah durian. Sedangkan sisanya akan menjawab tempat kelahiran Oesman Sapta Odang, seorang politisi yang sekarang menjabat Ketum Partai Hanura. Padahal, kota kecil yang berada di Kayong Utara ini memiliki destinasi wisata yang menarik untuk didatangi.
*****
Disalah satu jalan di Sukadana, roda kendaraan kami kembali berputar. Meskipun merupakan kota kecil, namun jalanan penuh oleh ramainya volume kendaraan. Entah itu yang beroda dua ataupun yang beroda empat. Mereka semua tidak hanya berasal dari dalam kota saja, melainkan juga dari luar kota. Maklum, saat itu lagi musim liburan. Ramai orang-orang yang datang ke Sukadana untuk berwisata.
“Kita mau kemana lagi?” Tanya Yansah yang sedang mengemudikan motor.
“Tidak tahu, Yan. Tapi bagaimana kalau kita ke Masjid Apung saja. Sekalian sholat asharnya disana.” Saya memberikan usul.
Ajakan tersebut direstui. Kendaraan yang tadinya tidak tahu ingin dibawa kemana, sekarang sudah memiliki tujuan. Kami pun memutar arah, menuju Masjid Apung yang saat itu lagi jadi primadona Kayong Utara, Khususnya Sukadana. Bermodalkan panduan google maps, kendaraan melaju kencang menuju kesana.
Tujuan awal kami datang ke Sukadana adalah ingin hadir dalam acara festival durian. Namun keinginan tersebut harus kandas, ketika kami tiba acaranya sudah selesai. Begitupun Kampung Bali, keinginan untuk berfoto didepan pura harus diurungkan disaat motor yang kami kendarai mengalami masalah. Bukannya sampai ke pura-nya, eh malah ke RSK. Rumah Sakit Kendaraan.
Speedometer terus menambah angka. Kilometer demi kilometer terus memberi cerita. Kendaraan kami terus melaju hingga akhirnya tiba ditempat tujuan. Dari jauh, empat menara yang menjulang tinggi telihat kokoh diantara warna birunya langit. ‘Tunggu sejenak, kami memarkirkan motor dulu.’ Besit saya dalam hati.
Wisata Religi di Masjid Oesman Al Khair
Semua orang yang datang kesini akan kagum dengan keindahan dan kemegahan Masjid Oesman Al Khair. Bukan hanya sekedar bangunannya yang membuatnya tampak begitu menarik, melainkan juga pemandangan sekelilingnya. Bagaimana tidak? Masjid yang satu ini dibangun dipinggiran pantai dengan latar belakang lautan lepas. Sehingga akan tampak seperti mengapung. Ditambah lagi deretan bukit-bukit disekitarnya yang membuat masjid ini begitu terlihat apik.
Saya mempercepat langkah diantara ramainya pengunjung. Bukan! bukan karena ingin segera ikutan berfoto, melainkan ingin melakasanakan kewajiban. Rasanya kurang afdol juga, datang kesini tapi tidak melaksanakan ibadah. Yah, setidaknya ada alasan utama kenapa datang kesini. Uek...
Sekedar informasi, penamaan masjid Oesman Al Khair diambil dari nama Oesman Sapta Odang. Beliau adalah putra kebanggan Kayong Utara, Bahkan Kalimantan Barat dan Bahkan Indonesia. Namanya pun semakin dikenal setelah beliau menjabat sebagai wakil ketua MPR RI. Dari beberapa informasi juga nih, beliau lah yang menghibahkan tanahnya untuk dibangun masjid. Dan yang membuat greget lagi adalah beliau menyumbang 11 milyar untuk membantu pembangunan masjid kebanggan ini.
Bangunan masjid Oesman Al Khair memiliki gaya arsitektur Timur Tengah dengan warnah putih yang dominan. Tidak hanya sebagai tempat ibadah, bangunan yang menawan ini juga sudah menjadi tujuan wisata. Bahkan sudah bisa dibilang ikonnya Sukadana.
Masjid Oesman Al Khair |
Latar Belakang Lautan Lepas |
Masjid Oesman Al Khair Dimalam Hari |
Nah, kalo anda datang ke Sukadana, jangan lupa untuk mampir kesini. Ada banyak spot foto menarik bisa didapatkan disini. Tapi ingat, kesopanan dan kenyaman orang lain harus tetap dijaga. Jangan sampai karena terlalu asyik berfoto malah menutupi jalan orang lain yang datang ingin beribadah.
Lagi Nunggu Buah Durian Jatuh |
Oh, iya. Disekitar Masjid Oesman Al Khair juga terdapat tugu durian yang menjadi kebanggaan masyarakat Sukadana. Berfoto disini juga tidak kalah menarik dengan latar belakang buah durian yang dijunjung oleh empat tiang. Selain itu, kita juga bisa melihat anak-anak kece yang sedang bermain skateboard disekitar tugu tersebut
Menikmati Senja di Pantai Datok
Perjalanan kembali kami lanjutkan setelah sebuah pesan di whats up masuk. Isi dari pesan tersebut adalah adanya ajakan teman Yansah untuk ketemuan di Pantai Datok. Kami pun mengaminkan dan bergegas menuju kesana.
Nama Pantai Pulau Datok bagi saya sudah tidak asing lagi. Teman-teman kampus dari Kayong Utara dan Ketapang sering menceritakannya. Hingga akhirnya, untuk pertama kali bagi saya bisa menginjakkan kaki disini. Alhamdulillah...
Jarak masjid Oesman Al Khair ke Pantai Pulau Datok tidak begitu jauh. Hanya sebentar saja kami sudah tiba ditempat tujuan. Ketika memasuki kawasan Pantai Pulau Datok, kami disambut oleh gerbang yang bertuliskan ‘Selamat Datang di Objek Wisata Pantai Pulau Datok. Setelah melewati gerbang tersebut akan ditemukan sebuah spot foto berlatar belakang perahu yang cukup menarik untuk disinggahi.
Orang yang dicari kami jumpai di pinggir jalan arena balapan. Kebetulan saat itu, Pantai Pulau Datok menjadi lokasi diselenggarakannya balapan motor. Dia tidak hanya sendirian, melainkan bersama temannya. Kami pun saling bersalaman dan kenalan.
Perkenalkan, namanya adalah Tarmidji dan temannya bernama Saufi. Dari percakapan, saya baru tahu kalau mereka ternyata dulunya satu kampus dengan saya. Tapi kenapa saya tidak mengenal mereka, paling tidak saya akan merasa kalau wajah mereka tidak asing bagi saya. Tapi sudahlah, mungkin sayanya saja yang kurang melanglang dikampus. Setelah cukup lama menyaksikan balapan, mereka pun mengajak kami untuk bersantai dipinggiran pantai.
Pantai Pulau Datok memang begitu menarik. Pohon-pohonnya yang rindang dann hijau membuat sekitarnya terasa teduh. Apalagi setelah diadakannya festival Selat Karimata tahun lalu, membuat tempat ini banyak dilakukan penataan. Ya iyalah, acara yang kemarinkan sangat bergengsi. Tidak hanya dihadiri orang dalam negeri saja, tetapi juga tamu-tamu dari macanegara. Makanya dilakukan pembenahan yang ekstra.
Tapi ada satu hal yang sangat disayangkan, yaitu banyaknya sampah yang berserakan. Ini nih perilaku negatif yang saya tidak sukai dari netizen +62. Ingat ya, yang saya tidak sukai itu perilakunya, bukan orangnya. Terlepas tadi malam tahun baru atau lagi ramai orang setidaknya kita harus berprilaku manusia, bertanggung jawab terhadap barang yang dibawa. Padahal dimana-mana banyak dijumpai tempat sampah. Ayo yang masih buang sampah sembarangan segera tobat!
Kami pun merengsek ke alun-alun pantai. Disanalah kami duduk, melanjutkan percakapan yang sempat tertunda sebelumnya. Sekaligus menyaksikan berbagai macam aktivitas pengunjung. Entah itu yang sedang bermain air dibibir pantai, yang sedang bercengkerama dengan kawan dan kekuarga hingga yang sedang berduaan.
Ingin Basahan, Tapi Sayang Hanya Sebentar |
Pantai Pulau datok memang menyajikan panorama alam yang begitu indah. Diapit oleh perbukitan membuat pantai ini tampak begitu menarik. Hijaunya perbukitan, birunya langit dan lautan, serta putihnya pasir membuat orang-orang yang datang kesini betah untuk berlama-lama. Apalagi kalau sudah disapu semilir angin, rasanya tidak ingin pergi beranjak.
Ada satu hal lagi yang paling memikat perhatian pengunjung ketika datang kesini. Yaitu matahari terbenam. Katanya, momen matahari tenggelam disini itu sangat apik. Tapi sayang, ketika kami datang disini mataharinya tidak terlihat penuh atau lagi malu-malu. Alias ditutupi oleh awan mendung. Sebelum matahari tenggelam seutuhnya, kami langsung diajak Tarmidji kesebuah tempat yang juga tidak kalah menarik.
Kami pun bergegas pergi, meninggalkan hempasan gelombang yang begitu lembut menyapu bibir Pantai Pulau Datok.
Keheningan di TPI
Entah kemana kami akan dibawa Tarmidji. Tapi katanya, tempat yang akan didatangi juga memiliki pemandangan yang menarik. Kami pun mengiyakan, dan membuntuti motor mereka dari belakang.
Setelah keluar jalan raya, kami dituntun memasuki sebuah jalan yang saat itu terlihat sepi. Hanya satu dua orang yang kami jumpai. Disisi kiri jalan, tepatnya kaki perbukitan terlihat deretan pohon durian yang berbaris rapi. Saya pun menengadahkan wajah keatas, terlihat buah-buah durian yang bergantungan begitu anggun. Seketika pikiran negatif mulai merasuk, bagaimana jika tiba-tiba yang diatas itu jatuh menimpa kami. Atau dari atas bukit menggelinding buah durian dan langsung menghantam wajah kami? Jaohkan bale, Ya Allah...
Ternyata pemandangan disekitar TPI juga menarik. Eh, tapi ini bukan TPI stasiun TV, melainkan Tempat Pelelangan Ikan. Meskipun demikian, tidak ada terlihat aktivitas jual ikan disana. Kata teman sih memang belum digunakan sebagaimana mestinya. Untuk sekarang hanya digunakan sebagai tempat bongkar muat barang yang akan berangkat atau baru tiba dari Pulau Maya.
Karena suasananya yang sepi, membuat tempat ini sangat cocok bagi para penikmat keheningan alam. Disini kita bisa mendengarkan bagaimana begitu lembutnya deburan ombak menyentuh pinggir daratan. Disini juga kita bisa menyaksikan pulau kecil dan begitu indahnya masjid Oesman Ai Khair dari jauh. Disini pula kami sempat menjumpai gadis manis yang begitu cantik.
Panorama Sekitar TPI |
Masjid Oesman Al Khair tampak dari TPI |
Kami pun beranjak pergi setelah suara adzan berkumandang. Tabe'...
EmoticonEmoticon