Tugu Durian Sukadana |
Setelah mengunjungi beberapa tempat wisata di Kota Ketapang, perjalanan kembali kami lanjutkan kedaerah berikutnya. Kali ini kami akan menyambangi Kabupaten Kayong Utara, tepatnya di Sukadana. Bukan tanpa alasan, disana kata teman-teman tempat wisatanya juga tidak kalah menarik. Apalagi saat itu katanya akan diadakan festival durian, yang hanya diselenggarakan ketika musim durian tiba.
Sukadana, merupakan kota kecil yang sangat menawan. Dulunya ia adalah bagian dari daerah Kabupaten Ketapang. Namun, setelah adanya pemekaran wilayah kini masuk kedalam wilayah Kabupaten Kayong Utara. Statusnya pun sekarang berubah menjadi sebuah ibu kota kabupaten. Sejak itulah, pembangunan dan kegiatan ekonomi disini semakin menggeliat. Apalagi setelah diadakannya festival Selat Karimata. Tapi sayang, saat festival kemarin tidak kesini.
Saat itu hampir jam 11.00 WIB. Matahari lagi semangatnya menyinari hamparan bumi. Punggung tangan yang tugasnya mengendalikan motor, terasa hangat ketika disapa sang mentari. Maklum, tak ada sarung tangan yang melindunginya. Selain itu jalan yang kami lalui juga sedang dalam perbaikan. Jalanan yang berbatu dan berdebu menjadi santapan saat itu. Tapi tenang saja, karena itu dulu disaat tahun baru. Untuk sekarang saya rasa jalannya sudah bagus. Iya kan?
Ada hal yang membuat lebih seru perjalanan kali ini. Jika sebelumnya perjalanan menuju Ketapang hanya berdua saja, maka untuk sekarang ada rombongan lain. Ya, ada rombongan anak jalanan yang sedang melakukan touring. Meskipun kami tidak saling kenalan dan salin sapa, tapi setidaknya ada teman dalam berkendaraan. Mereka ngebut, kami pun juga ikutan ngebut. Walaupun kadang mereka menoleh dan mungkin dalam benaknya berpikir 'ini siapa? Kenapa dari tadi ngikut terus?' Bodo amat, yang penting kami ini tidak ada niat jahat.
Tanda telah memasuki wilayah Kabupaten Kayong Utara adalah setelah kita memasuki wilayah Siduk. Sebuah dusun yang ada di Kecamatan Sukadana. Setelah inilah, akan banyak kita jumpai para penjual durian dipinggiran jalan. Mereka menggantungnya dibawah pondok beratapkan terpal dan tidak sedikit pula yang hanya meletakkan ditanah.
Selain itu, gantungan-gantungan tempoyak juga membuat pondok tersebut semakin terlihat ramai. Ditambah lagi buah manggis yang tentu saja sangat menarik perhatian pengguna jalan. Satu dua orang singgah, negoisasi harga, memilih durian dan manggis lalu duduk menikmatinya. Terlihat pula yang langsung membawanya pulang.
Ah, sungguh enak rasanya jika saat tegak hari mampir ke pondok sambil menikmati buah manggis. Atau mencicipi legitnya buah durian. Tapi apalah daya, kami hanyalah pengelana dengan uang yang seadanya.
Ketika tiba dipersimpangan tiga, kami dan anak geng motor harus berpisah. Kami memilih belok jalur kanan sedangkan mereka tetap lurus saja. Semoga liburannya menyenangkan, kawan.
Oh, iya. Perjalanan dari Kota Ketapang menuju Sukadana tidak terlalu jauh. Kurang lebih 2 jam perjalanan atau jarak tempuh sejauh 83.5 km. Lebih jauh jika dari Pontianak ke Singkawang.
Tujuan kami sekarang adalah pergi kerumah teman yang ada di Sedahan Jaya. Hanya bermodalkan share location, kami terus menyusuri jalanan yang belum pernah kami lewati. Entah bagaimana kondisi jalan yang akan ditempuh kedepannya itu adalah masih misteri. Namun yang pastinya, tempat yang akan didatangi ini bersampingan dengan Kampung Bali.
Tidak perlu waktu yang lama dengan dibantu oleh semakin canggihnya teknologi, akhirnya kami sampai dirumah tujuan. Yah meskipun sempat lewat beberapa rumah, hingga akhirnya orang yang dicari meneriaki kami. Memberitahukan kalau rumahnya sudah lewat. Untuk nama kampung yang kami datangi ini saya sudah lupa. Maklum, tulisan ini baru bisa saya buat setelah enam bulan kejadian. Ah, penulis macam apa saya ini. Tidak mencatat detail nama tempat yang didatangi. Yang pastinya, kampungnya begitu tenang dengan latar perbukitan.
Perkenalkan dulu, nama pemilik rumah yang kami datangi ini adalah Eko. Salah satu teman kampus Yansah (teman perjalanan saya). Entah bagaimana awal ceritanya, perjalanan kami diketahui beliau dan menyuruh kami untuk mampir kerumahnya. Kami pun menyempatkan diri walaupun hanya sebentar.
Baru saja memarkirkan kendaraan, sudah terdengar suara bapak-bapak yang mempersilahkan naik. Saat itu kami masuk melalui pintu samping, dimana keluarga Eko sedang berkumpul. Saya dan Yansah pun menyalami mereka satu persatu. Ada bapaknya Eko, mamanya Eko dan pamannya Eko. Kedatangan kami disambut begitu hangat oleh Eko beserta keluarganya.
“Dari mana Dek?” Mama Eko bertanya dengan logat Jawa yang begitu terdengar lembut bagi orang Kalimantan.
“Dari Pontianak, Buk.” Saya lebih dulu menyebutkan.
Percakapan dua kubu pun terjalin. Kami menceritakan dari mana asal kami, kemudian bagaimana ceritanya bisa sampai di Sukadana hingga tentang perkuliahan pun juga ikut diceritakan. Sebaliknya, beliau menceritakan bagaimana kehidupan masyarakat disana. Percakapan semakin hangat ketika cangkir-cangkir kopi disajikan. Mantap betul...
Dari percakapan itulah kami tahu kalau dearah ini dulunya adalah pemukiman transmigrasi. Mereka didatangkan dari pulau Jawa dan Bali untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik. Selain itu, tidak jauh dari sini juga ada kawasan hutan lindung yang sering disebut Taman Nasional Gunung Palung. Disanalah beragam jenis satwa dijaga untuk kelestariannya.
Rasanya belum puas untuk mendengarkan cerita. Tapi apa daya, kami segera pamit disaat jarum jam menunjukkan pukul 15.30 WIB. Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Eko dan sekeluarga yang sudi untuk berbagi. Berbagi tempat berteduh, berbagi cerita dan berbagi makanan.
Lalu bagaimana dengan cerita pesta durian dan kampung Balinya? Pesta duriannya telah lama usai disaat kami tiba. Sedangkan kampung Bali nya hanya sekedar datang, tidak ke viharanya dikarenakan motor yang bermasalah.
Kecewa? Pastinya iya. Namun semua itu terbayarkan dengan berjumpa Eko dan sekeluaraganya yang begitu ramah dan bersahaja. Lagian pun saya yakin, ada hal-hal menarik lainnya yang sudah menunggu. Selamat Datang di Sukadana...
EmoticonEmoticon