Petugas sensus BPS. Tidak terasa sekarang sudah berada ditahun baru. Nah selagi masih awal, ada ucapan ribuan terimakasih kepada masyarakat Indonesia. Terkhususnya lagi kepada masyarakat Kabupaten Mempawah yang telah menerima kami dalam melakukan pendataan dilapangan. Setidaknya ada dua kegiatan besar yang telah dilaksanakan oleh BPS di tahun 2023 yang lalu, yaitu Sensus Pertanian dan pendataan lengkap KUMKM.
Tanpa adanya partisipasi anda, tentunya kegiatan tersebut tidak akan berjalan lancar dengan semestinya. Selain itu, ucapan selamat juga disampaikan untuk kelulusan mitra 2024. Semoga kedepannya kita bisa berkontribusi lebih dalam meningkatkan kualitas data untuk Indonesia maju.
Pegawai Organik dan mitra BPS Kabupaten Mempawah |
Berbicara tentang Badan Pusat Statistik, tentunya memiliki banyak sumbangsih dalam kehidupan, terutama kehidupan ane. Tidak hanya tempat meraup rezeki, disini juga tempat menggarap ilmu dan pengalaman. Saya diajarkan bagaimana kerjasama dalam tim, mengatur strategi dan waktu, hingga melatih kesabaran dalam menyelesaikan pekerjaan. Selain itu, relasi juga semakin luas dan tentunya masih banyak lagi yang lainnya...
Awal mula menjadi mitra BPS pada tahun 2020, kegiatan Sensus Penduduk. Karena merupakan agenda besar, pastinya memerlukan banyak tenaga lapangan. Disinilah, untuk yang kedua kalinya saya mencoba mendaftar, dan alhamdulillah dinyatakan lulus. Dan Ini lah pekerjaan perdana saya setelah sekian purnama menganggur. Sebelumnya sempat mendaftar di kegiatan pemetaan bareng teman-teman, dan melipir di warung kopi legendaris Kota Mempawah.
Mendapatkan pekerjaan dikampung halaman membuat diri ini geli hati (meskipun hanya sebatas kontrak). Teringat sebuah perbincangan antara saya, Isra' dan Amar dalam sebuah kamar asrama. Saat itu kami membicarakan tentang rencana kedepan setelah menyelesaikan pendidikan. Sambil menyeruput air galon dan ditemani alunan mesin printer, saya dan amar mengatakan kalau kami akan mencari pekerjaan di kota. Tapi apa daya, keadaan Uwak yang sakit mengharuskan untuk kembali ke kampung halaman.
Berhubung kegiatan Sensus Penduduk bentrok dengan pandemi covid-19 (corona lupa atur jadwal), kegiatan pelatihan yang semulanya direncanakan akan dilakukan serentak se-kabupaten akhirnya diubah hanya per kecamatan. Dan itu pun dilakukan dalam waktu yang terbatas. Saat inilah, orang BPS yang pertama kali dikenali adalah Bang Joko Pranoto, yang saat itu merupakan pengawas lapangan.
Karena situasi yang lagi genting, semua petugas wajib menerapkan protokol kesehatan saat turun lapangan. Tidak tanggung-tanggung, untuk menunjang kerja petugas dilengkapi dengan masker, facial field, sarung tangan, serta hand sinitizer. Dari sinilah saya tahu, kalau BPS sebegitu pedulinya untuk keamanan dan keselamatan mitranya.
Memastikan Batas Wilayah ke Pak RT |
Tapi harus diakui, menggunakan perlengkapan diatas saat dilapangan membuat gerah dan pergerakan agak sedikit sulit. Bernafas dengan menggunakan masker dan tidak, tentu akan terasa berbeda. Begitu pula memegang alat tulis menggunakan sarung tangan tentunya akan terasa janggal.
Terlebih sebagian kecil warga ada yang merasa was-was dengan atribut yang digunakan, seakan-akan wabah corona sudah menghampiri. Apalagi anak kecil yang takut akan kehadiran kami karena dikira petugas kesehatan yang membawa jarum suntik. Tapi tidak apa-apa, asalkan kesehatan semuanya tetap terjaga.
Untuk pendataan Sensus Penuduk 2020 dilakukan dengan sistem drop out pick up (DOPU), dimana dokumen tersebut nantinya akan diisi secara mandiri oleh responden. Jika telah selesai baru kemudian diambil kembali oleh petugas. Awalnya saya kira pekerjaan bakalan sangat mudah, karena semua yang mengisinya adalah masayarakat. Tetapi...
Perdana turun dilapangan, saya mencoba untuk dilingkungan sendiri dulu. Disini saya lebih mengenal medan, dan jika ada kesalahan dan kekurangan lebih mudah untuk melakukan pendataan kembali. Setelah memberikan pengarahan dan tata cara pengisian, saya pun langsung membagikan ke setiap bumbung yang didatangi, dan berharap lusa sudah bisa segera diambil.
Saat malam pulang kerumah, ternyata sudah ada yang mengantarkan dokumen dirumah. Wuih, respon warganya mantap betul ini, belum ditagih malah ada yang sudah bawa kerumah. Tapi setelah diperiksa ternyata setiap lembaran yang diisi adalah identitas kepala keluarga. Dan itu berisi di semua halaman. Mau tidak mau saya harus menghapus dibagian yang salah, dan pergi mendata lagi.
Dua hari selanjutnya saya datang lagi TKP, mencoba untuk mengambil dokumen yang dititipkan. Namun naasnya, sebagian besar belum diisi sama sekali. Dari 27 hanya 2 yang bisa dibawa pulang. Lalu apa gunanya penjelasan panjang kali lebar yang dipaparkan kemarin? Dari sini saya sadar, bahwa kepedulian masyarakat untuk mengisi ini tidak terlalu tinggi. Jikalau terus begini tentunya tidak bakalan bisa selesai tepat waktu.
Saya pun mulai mengatur strategi, menggunakan jurus kepepet. Yaitu dimana setiap dokumen yg diantarkan hari ini harus diambil di hari tersebut juga. Bukannya apa, takutnya jika dimalamkan dokumennya bakalan tidur nyenyak seperti sebelumnya. Disini untuk yang bisa membaca akan diberikan penjelasan dan memberikan contoh dokumen yang telah berisi baru kemudian beranjak kerumah berikutnya. Untuk yang tidak bisa calistung atau ada kendala lainnya langsung saya bantu ditempat dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.
Menerapkan strategi kepepet ternyata betul-betul manjur. Disini saya sadar orang bakalan bertindak cepat ketika mereka merasa terdesak. Sama halnya pengisian dokumen sensus penduduk, responden langsung menyegerakan karena merasa harus dikumpulkan hari itu juga. Bahkan tidak jarang, belum selesai saya bantu tetangga sebelahnya mengisi, sudah ada mereka datang mengantarkan dokumen. Disini pun saya tidak serta merta lansung menerima, melainkan juga memastikan kembali mengenai kebenaran isi dokumen.
Tantangan Sensus Penduduk 2020 tidak hanya soal pandemi, melainkan juga musim penghujan. Alhasil, baru seminggu dilapangan kami sudah dihadapkan dengan banjir. Mau tidak mau, selain menggunakan protokol kesehatan, kami juga harus mengarungi genangan air demi terdatanya seluruh warga. Tangan kiri memegang celana dan tangan kanan memegang tas yang dijunjung (tali tasnya putus, padahal baru semingguan dipakai). Bahkan ada beberapa rumah yang saat itu aksesnya harus menggunakan sampan. Kalau diingat-ingat, rasanya lucu kali saat itu. Jadi malu baut dipaha dilihat warga.
Meskipun dihadapkan dengan pandemi dan bencana alam, alhamdulillah tugas sensus penduduk bisa selesai lebih cepat, sebelum batas waktu yang ditentukan. Tidak hanya di lapangan, melainkan juga kerapian dokumen siap untuk diserahkan. Info ini pun langsung tersebar di group kecamatan, bahkan beberapa teman langsung japri "serius sudah selesai?" "Kok bisa cepat selesai?"
Disini saya tekankan, kalau kita hanya betul-betul berharap semuanya diisi responden, tanpa ada bantuan kita, tentunya tidak bakalan selesai. Belum lagi kesalahan pengisian yang sering terjadi, yang pastinya bakalan membuat kita untuk melakukan pendataan kembali. Hal ini tentu saja akan menambah waktu.
Disisi lain, hal yang sangat memotivasi saya untuk segera menyelesaikan pekerjaan adalah karena saat itu saya juga mengurus orang tua yang sedang sakit. Makanya disaat turun lapangan saya akan menggunakan waktu tersebut sebaik-baiknya agar bisa mendata sebanyak mungkin. Disaat malam sambil menjaga Uwak saya sempatkan juga untuk memeriksa dan merapikan dokumen yang sudah ada. Hal ini selalu saya lakukan hingga tugas benar-benar selesai.
Nah buat yang selalu bilang "enak ia udah selesai" coba kalimatnya diganti "jam berapa tidurnya?"
Disaat menyerahkan dokumen, saya ditawari oleh Bang Joko untuk mengikuti kegiatan BPS berikutnya, Post Enumeration Survei Sensus Penduduk. Beliau menjelaskan, untuk pekerjaan ini sedikit berbeda dengan yang sebelumnya. Dimana saat dilapangan nanti akan mewawancarai responden menggunakan android, melalui aplikasi CAPI. Jadi kita tidak perlu lagi membawa banyak dokumen untuk memenuhi tas.
Berhubung keadaan Uwak yang tidak sehat, saya pun coba menceritakan tentang penawaran tersebut kepada beliau. Disini Uwak berkata "jangan cari yang jauh-jauh". Saya pun menjelaskan kalau nanti kerjanya bakalan di Kecamatan Segedong dan Kecamatan Siantan (sebelum berubah nama menjadi Kecamatan Jongkat). Lagian pun jam kerjanya bebas, bisa berangkat dan pulang kapan saja.
Beberapa hari kemudian saya bercerita kembali kepada Uwak bahwa saya menerima tawaran tersebut. Beliau tampak banyak terdiam, antara setuju atau tidak. Saya yang duduk di pinggir dipan, sesekali menyuapkan buah anggur, hasil gaji pertama setelah menjadi mitra BPS. Tidak hanya itu, permen susu kesukaannya juga saya belikan. Jujur, bisa membelikan sesuatu untuk orang tua sungguh membahagiakan.
Dikarenakan masih pandemi, maka pelatihan petugas untuk kegiatan PES SP dilakukan secara online. Untuk melancarkan agenda tersebut, kami menggunakan aplikasi Zoom Meeting. Meskipun pelatihan dilakukan dalam jarak yang jauh, namun apa yang menjadi pokok bahasan bisa tersampaikan. Apalagi lagi materi yang dibahas kurang lebih sama seperti Sensus Penduduk. Karena pada kegiatan ini kita hanya melakukan pendataan ulang terhadap beberapa blok dengan menggunakan aplikasi CAPI. Dari kegiatan inilah nantinya akan ditemukan tingkat keeroran dari Sensus penduduk Sebelumnya.
Pada kegiatan PES SP pihak BPS yang saya kenal bertambah. Disini saya mengenal bang Arif Yuandi dan Pak Bambang selaku pengawawas lapangan. Disini juga sempat dikunjungii oleh ibu Laila, Kepala BPS Kabupaten Mempawah. Awalnya saya tidak yakin jika beliau benar-benar akan datang, karena lokasi yang berada jauh dihujung kampung dan medan jalan yang rusak serta kecil. Tetapi Bu Laila membuktikan keinginannya hingga akhirnya sampai dilokasi. Apakah ini namanya wanita tangguh?
Jika dibandingkan dengan kegiatan Sensus Penduduk sebelumnya, kegiatan PES SP ini jauh lebih mudah. Hal ini dikarenakan untuk lapangan kita lebih banyak menggunakan android, yang tentu saja akan mengurangi beban didalam tas. Terlebih, jika ada data yang kurang atau belum terisi maka akan ada pemberitahuannya. Begitu juga poin-poin yang tidak perlu ditanyakan akan melompat sendirinya. Lebih sakti daripada kera sakti.
Namun jalan bagus tak selamanya mulus. Adakalanya turun naik, berkelok hingga dipenuhi lubang. Saat itu aplikasi lagi error, tidak bisa mengirim file bahkan dokumen tidak terbaca. Saat itu saya langsung mengkonfirmasi ke pengawas mengenai kendala tersebut. Dan ternyata memang servernya yang sedang bermasalah.
Berhubung saat itu lokasi tugas saya jauh, kurang lebih membutuhkan waktu perjalanan 2 jam pulang-pergi, rasanya rugi jika balik tanpa ada progres sedikit pun. Hingga saat siang sekitar jam 1, dokumen sudah mulai bisa diinput, hanya saja belum bisa dikirim. Pekerjaan pun dilanjutkan kembali dengan metode menyimpan data dan mengirimnya di kemudian hari.
Disaat sedang wawancara, tiba-tiba dering panggilan masuk tampak dilayar handphone. Disitu tertera jelas nama Ucu, adik bungsu yang sedang pulang kampung dan merawat Uwak. Seketika jantung berdegup kencang. Saya pun izin membuka telepon tersebut kepada responden.
Suara isak tangis menyambut ketika panggilan telpon diangkat. Saya tahu, ada hal yang menyedihkan sedang terjadi disana. Hingga suara terdengar "Bang, Uwak sudah meninggal." Saat itu juga air mata langsung membasahi pipi. Saya pun lekas pamit ke responden dan izin wawancaranya dilanjutkan lain hari.
Motor pun melaju diantara kesibukan pengguna jalan dan desingan kendaraan. Saat itu juga saya teringat semua kejadian-kejadian tadi malam. Dimana Uwak sempat berkata ingin tidur dikamar depan yang ternyata adalah pembaringan terakhir di ruang tamu. Malam itu juga beliau sempat menanyakan kapan mau dibawah ketanah? Yang saya jawab "uwak harus sembuh dulu biar bisa jalan-jalan". Tapi ternyata yang dimaksud adalah kuburan, tempat peristirahatan terakhir. Saya tidak peka terhadap tanda-tanda itu.
Belum lagi kejadian siang ini dimana server yang mendadak error ternyata merupakan cara semesta biar saya lekas pulang. Namun lagi-lagi saya tidak membacanya. Dan saya sesalkan adalah sebelumnya Uwak tidak mengizinkan ikut kegiatan ini. Namun karena keinginan saya untuk dapat penghasilan membutakan segalanya. Ya, setiap pilihan punya resiko sendiri. Termasuk ini, saya tidak bisa melihat saat-saat Uwak terakhir kali menarik napas.
Setelah dikebumikan, saya pun meminta izin ke Pak Bambang dan melaporkan mengenai kejadian yang baru dialami. "Innalillahi wainnailaihi roji'un, turut berduka cita. Lapangannya dilajutin nanti saja, Mas." jawab pak Bambang diseberang telepon. Meskipun beliau tidak membatasi waktu izin, namun saya sadar tugas ini harus diselesaikan segera mungkin. Alhamdulillah, tugas tersebut bisa selesai sebelum waktu akhir.
Setelah selesai dilapangam, pekerjaan tersebut di cek lagi oleh pihak BPS melalui ajuan pertanyaan ke Pak RT. Data yang kita peroleh akan disandingkan dengan jawaban Pak RT. Saat itu saya ingat betul yang bertugas adalah Kak Adila dan ditemani Bang Arif.
Selanjutnya, karena sudah tidak jauh dari Pontianak kami diajak oleh bang Arif makan di D'Bamboo. Disini saya semakin banyak tahu tentang BPS dan kegiatannya. Sosok bang Arif yang humoris, Kak Adila dan pihak BPS lainnya yang baik memberikan mindset dipikiran saya bahwa orang-orang dilingkungan Badan Pusat Statistik Mempawah itu friendly. Meskipun saya hanya sebagai mitra, namun komunikasi dan perlakuan sama seperti teman pada umumnya. Ketika ada kekeliruan maka kita akan diarahkan tanpa menyudutkan.
Oh iya, gaji dari kegiatan PES SP saya buatkan buku yasin untuk almarhum Uwak. Setidaknya sedikit mengobati penyesalan.
Setelah dua kegiatan diatas, saya kembali ditawari pekerjaan oleh Bang Joko, yaitu Susenas. Menurut dari para suhu dan pihak BPS, ini adalah pekerjaan yang paling tersulit dari semua pekerjaan yang ada di Badan Pusat Statistik. Awalnya sempat ragu juga untuk menerimanya, namun karena dari info akan ada pelatihan secara tatap muka saya pun menerimanya.
Jika sebelumnya pelatihan hanya dilakukan melalui Zoom Meeting, maka pelatihan kali ini dilakukan secara tatap muka, bertempat di Hotel Wisata Nusantara Mempawah. Lumayanlah, setelah sekian lama dihadapi dengan wabah pandemi, akhirnya bisa liburan tipis-tipis. Staycation di hotel, kwkwwk.
Dikegiatam ini saya mulai kenal sama Mbak Safira Nurrosyid dan Kak Syarifah Apriani, yang saat itu merupakan pemateri susenas. Dari pemaparan beliau sepertinya apa yang oleh para senior sampaikan ada betulnya. Apalagi saya masih newbie didunia pendataan. Banyak pula yang akan ditanyakan ke responden.
Ia betul! Segala pendapatan dan pengeluaran semuanya harus ditanyakan. Dari yang dimakan, barang yang dibeli baik itu tampak mau pun tidak tampak, begitu pula jasa, memberi makan dan makan ditempat orang juga harus dicatat. Belum lagi status pernikahan, pendidikan, kesehatan dan lainnya. Semua pertanyaan tersebut terangkum dalam 2 dokumen Susenas.
Bahkan tidak jarang dilapangan sering ditanyakan oleh responden "ini data untuk apa sih? Sedetail itu pertanyaannya." Nah karena sudah telanjur ditanya, rasanya kurang bijak juga jika tidak dijawab. Susenas itu merupakan singkatan dari Survei Sosial Ekonomi Nasional, dimana data yang dibutuhkan berupa data pendidikan, kesehatan, perumahan, konsumsi atau pengeluaran rumah tangga, dan sosial ekonomi lainnya.
Lalu apa pentingnya data tersebut? Dari data tersebut tentunya bisa diketahui gambaran umum mengenai pendapatan, tingkat kesejahteraan, masalah sosial hingga akses terhadap layanan dasar (terutama akses pendidikan dan kesehatan). Data ini lah yang nantinya akan digunakan oleh pemerintah untuk pembangunan dan membuat kebijakan.
Bincang-bincang, dari kegiatan susenas tentunya banyak pelajaran yang bisa dipetik. Yang pertama adalah tidak selamanya kepo itu negatif, ada kala nya kita memerlukan banyak informasi sedetail-detailnya, untuk menyajikan data yang lebih akurat. Meskipun itu sebuah pertanyaan yang tabuh untuk dibicarakan oleh seorang lelaki. Untuk hal yang sensitif tentunya kita mesti awali dengan kata 'maaf' agar tidak menyinggung responden.
Yang kedua adalah setiap pekerjaan pasti selesai. Saya akui, diantara kegiatan BPS, Susenas adalah yang sulit. Setidaknya ada dua tahapan yang dikerjakan, yang pertama adalah pemutakhiran dan yang kedua adalah pencacahan. Setelah tahapan pertama selesai, maka masing-masing blok akan terpilih sebanyak sepuluh sampel rumah tangga. Sampel tersebutlah yang nantinya akan kedatangan detektif Conan dengan mengajukan banyak pertanyaan, hehe. Setidaknya ada 2 dokumen yang harus diisi, dimana setiap dokumen isinya saling terkaitan.
"Dicoba saja dulu bang. Kalau salah nanti dokumennya dibalikin dan diperbaiki" inilah guyonan yang sempat dikeluarkan Bang Joko sambil cekikikan saat pelatihan. Meskipun cuma candaan tapi kata-kata tersebut memiliki makna yang besar. Disini kami diberikan kesempatan untuk belajar yang sebesar-besarnya. Yang penting coba saja dulu, kalau salah diperbaiki lagi. Jangan menunggu bagus baru mau mulai, tetapi mulailah dulu untuk menjadi bagus.
Disisi lain, kami pun sadar ada sebuah kepercayaan yang diamanahkan. Mau tidak mau harus melakukannya dengan baik. Walaupun saat itu saya sadari masih banyak kekurangannya.
Yang ketiga adalah attitude. Pernah mendengar kata pepatah, dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung. Ya, saya sangat menghargai nilai ini, yang artinya kemanapun kita berada harus menghormati budaya setempat. Sopan santun mesti selalu dijaga, baik itu dari tutur kata mau pun tingkah laku. Meminta izin ke penguasa wilayah, seperti RT atau yang lainnya untuk menginfokan maksud kedatangan.
Begitu juga jika kerumah warga, jika sudah lebih dari tiga kali mengucapkan salam tidak ada jawabannya, sebaiknya kita pergi. Karena kita tidak tahu mungkin saja orang yang ada didalam rumah lagi sibuk, lagi istirahat, sakit atau memang rumahnya lagi kosong, hehe. Lain waktu baru didatangi lagi.
Untuk wawancara susenas tentunya membutuhkan banyak waktu. Sebelum dimulai alangkah lebih baiknya kita tanyakan dulu kesedian responden. Kalau jawabnya bersedia, ok dilanjutkan. Kalau misalnya lagi sibuk, atau anaknya lagi rewel atau sedang buru-buru keluar sebaiknya ditunda dulu. Kemudian tanyakan kapan bisa datang kembali untuk melakukan wawancara. Karena disini kita harus memperhatikan emosional responden untuk mendapatkan jawaban yang bagus. Sungguh banyak pelajaran ketika menjadi petugas susenas.
Berkat dari kegiatan ini juga saya selalu diingat oleh reponden. Iya, serius! Pernah saya lagi berbelanja di pasar, terus ketemu sama responden dan langsung disapa "eh abang BPS agik belanje". "Iya bu, biar silaturrahmi tidak putus pinjam dulu seratus" kwkwk jawab saya, tapi dalam hati.
Pernah juga ketika lagi main ditempat teman dan kebetulan lewat depan rumah responden auto diteriaki "Bang, mau data agik ke". Dibandingkan yang lainnya, responden susenas sepertinya lebih fanatik terhadap daya ingatan. Apakah ini karena waktu wawancara yang lama dan pertanyaan yang intens?
Setelah Susenas usai, selanjutnya saya kembali ditawarkan menjadi petugas KSA Padi. Dikarenakan petugas sebelumnya angkat tangan akhirnya Bang Joko harus mencari petugas dalam waktu tempo yang sesingkat-singkatnya (kemungkinan). Kegiatan apa ini? Kerangka sampel area padi merupakan survei yang dilakukan dengan pengamatan langsung pada tanaman padi. Dimana pengamatan tersebut dilakukan setiap bulan dan nantinya akan diadakan ubinan untuk mengetahui produktifitas tanaman padi. Kurang lebihnya begitu.
Lusanya pun kami langsung turun ke lapangan, yang saat itu segmennya berada di Parit Bugis. Kehadiran saya yang hanya menggunakan sandal gunung menjadi bahan tawaan Bang Feri yang merupakan Mitra senior BPS Mempawah. Betul saja, diantara saya, beliau dan Bang Joko, hanya diri sendiri yang tidak menggunakan sepatu boots.
Dalam melakukan pengamatan terhadap tanaman padi setidaknya ada aplikasi yang mesti digunakan. Berhubung saat itu masih dalam masa peralihan aplikasi lama ke aplikasi yang baru, maka mau tidak mau harus mengunakan kedua-duanya. Pengambilan foto pun ada tekniknya tersendiri, semua tergantung jenis amatan yang di pilih. Begitu pula posisi pengambilan foto tanaman padi yang mengharuskan masuk dalam radius 10 meter.
Setelah melakukan praktek lapangan langsung bersama pihak BPS dan Mitra senior, akhirnya 1 segmen KSA padi selesai dilakukan. Berhubung masih ada dua segmen yang belum dikerjakan, Bang Joko berinisiatif meminjamkan sepatu bootsnya. Tawaran tersebut tentu saja lansung diterima dan sampai sekarang belum saya kembalikan. Mohon maaf boss, anggap saja ini kenang-kenangan setelah pindah ke Provinsi, kwkwk. Semoga rezekinya semakin lancar...
Setelah setiap bulannya melakukan pengamatan, tibalah saatnya ubinan padi. Ubinan perdananya dilakukan bersama tim lapangan produksi BPS yang handal, Bang Joko Pranoto, Bang Adwin dan Bang yulfi Ramanda. Disinilah saya diajarkan bagaiman cara menggunakan alat ubinan, yang baru pertama kali saya lihat secara langsung. Sebelumnya sempat cari info di youtube.
Semuanya berbagi peran. Saat itulah saya melihat kerjasama yang begitu kompak. Bahkan sekelas Bang Adwin pun ikut merontokkan padi menggunakan kaki. Sebuah skill yang tidak semua orang miliki, kwkwk. Omong-omong, beliau juga memiliki usaha thrifting di produk sepatu dan sering menjadi sponsor dalam award mitra terbaik. Cek postingan beliau di instagram @haithay80_sbk.
Dalam waktu yang singkat dua sampel langsung selesai.
Tim KSA BPS Kabupaten Mempawah |
Di kegiatan ini saya juga mengenal Kak Maria. Setiap ada update informasi di group selalu di handle oleh beliau. Sumpah, beliau ini orangnya sangat baik. Kalau kita lagi ada masalah atau mungkin sedang bertengkar pasti langsung adem jika ketemu beliau. Apalagi kalau dengarkan suaranya saat menyampaikan materi, pasti suasananya jadi bersahaja.
Ngomong-ngomong Kak maria nya sekarang lagi sakit. Kemarin terakhir kerjasama bareng beliau saat kegiatan PES ST. Tetap semangat kak dan semoga lekas pulih. Mohon doanya teman-teman untuk kesehatan beliau.
Selain KSA Padi, ada juga namanya KSA Jagung. Berhubung petugasnya lagi sakit, akhirnya saya di telepon Bang Joko untuk menemani Bang Heri Gustaman. Beliau berasal dari Mempawah yang sementara waktu akan menggantikan petugas sebelumnya. Meskipun memiliki postur tubuh yang tinggi, besar dan sedikit brewokan, namun beliau sangat baik dan humoris. Di BPS, beliau ini merupakan mitra legend dan andalan. Oh ie bang, selamat sudah menjadi Kepala Desa Sejegi.
Tugas dari KSA jagung kurang lebih sama seperti KSA padi, melakukan pengamatan terhadap tanaman. Hanya saja dijagung tidak ada yang namanya ubinan. Selain itu, jika di lahan padi kadang terkendala dengan lahan yang becek berbalutkan lumpur, maka dilahan jagung terkendala semak belukar dan aksesnya yang jauh. Bahkan sudah tiga kali celana robek akibat sayatan rumput liar, seperti terung hutan dan rambang. Namun karena cuan semua akan dihadapi, kwkwk. Semangat!
Dari kegiatan KSA jagung tentunya banyak arahan dan pelajaran yang didapatkan dari sosok Bang Heri Gustaman. Seperti selalu menyediakan plastik bening untuk keamanan handphone. Kenapa memilih yang bening? Karena biar bisa tetap melanjutkan tugas lapangan meskipun dalam kondisi kehujanan. Good idea yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Air pun harus selalu dibawa, karena sangat menunjang untuk kelancaran bertugas. Jangan sampai terjadi hal yang tidak diinginkan seperti ini.
Selain saran, tentunya banyak arahan juga yang didapatkan dari beliau yang telah banyak makan garam di BPS. Saat itu dibawah pohon rindang dengan panas yang lagi teriknya, beliau mengatakan "Kita hanyalah sebagai mitra, tidak lebih". Sebagai pekerja yang dikontrak, tentunya kita punya batasan tertentu. Ada saatnya kita bakalan ditawari pekerjaan dan kadang pula tidak. Atau bahkan tidak digunakan lagi. Namun ketika ditawari kegiatan cobalah untuk menerima meskipun gajinya tak seberapa.
Selama tiga bulan bersama beliau, akhirnya saya bisa menuntaskan 12 SKS, hehe.
Selanjutnya, saya pun diamanahkan untuk melaksanakan KSA jagung seutuhnya. Jika sebelumnya tugas bisa dibagi dua, saya mengambil foto dan bang Heri Gustaman mengecek amatan sebelumnya, kali ini mesti dilaksanakan sendirian.
Berhubung mendapatkan amanah yang baru, satu dari tiga segmen KSA padi sebelumnya saya berikan ke Bang Feri. Bukannya tidak bisa menyelesaikan pengamatan dalam 1 hari, hanya saja ditakutkan kedepannya cuaca tidak mendukung atau ada hal lainnya. Terlebih saat itu bang Feri hanya 2 Segmen. Hal ini pun saya ajukan ke Bang Joko dan mendapatkan persetujuan dari beliau.
Setelah dipercayakan untuk menjadi petugas KSA padi dan jagung, akhirnya saya memiliki pemasukan tiap bulan dari BPS. Lumayan buat ngopi dan jajan. Tapi itu dulu, sekarang sudah ada aturan baru yang mengharuskan setiap petugas KSA Padi minimal 3 Segmen. Sekarang yang tersisa hanya KSA jagung, sebuah pekerjaan yang saya anggap juga sebagai olahraga dan piknik kecil di batas hutan.
Nah itulah pekerjaan awal mula saya bergabung sebagai mitra BPS. Oh iya, sebelum susenas juga pernah menjadi Petugas PIPA, yaitu pendataan industri penggilingan padi. Selain kegiatan tersebut tentunya banyak lagi kegiatan-kegiatan lainnya. Terima Kasih banyak BPS Kabupaten Mempawah atas kepercayaannya selama ini. Saya akui masih banyak kekurangan dalam pekerjaan yang telah dilakukan.
Tabek...
Baca juga: Kejadian-Kejadian Apes Mitra BPS
EmoticonEmoticon